Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SELAMAT DATANG PARA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA DAN PENGABDI DI BUMI SILIWANGI (Buletin Insan Cita Edisi 001)

Buletin Insan Cita Edisi 001 1

Buletin Insan Cita Edisi 001 2

SELAMAT DATANG PARA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA DAN PENGABDI DI BUMI SILIWANGI (Buletin Insan Cita Edisi 001)

"IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi itu hanya mengantarkan sampai meja wawancara. Namun, sukses pasca-wawancara ditentukan oleh kemampuan analisa, kepemimpinan dan inovasi atau keaktifan di organisasi dan lembaga kemahasiswaan." [Anies Baswedan]

Pernyataan Gubernur DKI Jakarta sekaligus mantan Menteri Pendidikan dan Ke-budayaan RI, Anies Baswedan tadi menegaskan bahwa seba-gai generasi penerus bangsa, mahasiswa memerlukan orga-nisasi.

Bukan menolak keper-luan IPK tinggi, tetapi IPK tinggi mesti dilengkapi oleh kemampuan dalam mengana-lisa, kemumpunian dalam jiwa kepemimpinan dan keaktifan serta inovasi di dalam organisasi dan lembaga kema-hasiswaan.

Organisasi adalah kawah candradimuka (tempat dan masa mendidik, melatih, dan menempa diri) mahasiswa sebelum benar-benar diterjun-kan ke tengah-tengah masya-rakat. Ini perlu dimengerti, khususnya oleh mahasiswa baru.

Tujuannya supaya deng-an bekal ilmu dan keterampil-an dalam berorganisasi, maka mahasiswa tak hanya dekat, melainkan juga diajak ber-tanggung jawab atas perbaik-an kualitas hidup masyarakat. Sebab, mahasiswa berasal dari masyarakat dan turut dibiayai oleh masyarakat.

 

Peranan Mahasiswa

Dengan demikian, men-jadi mahasiswa tak hanya memperbaiki diri, tetapi juga untuk memperbaiki nasib masyarakat. Dalam hal ini, Istichomaharani & Habibah (2016) menerangkan tiga peranan penting mahasiswa.

Kesatu, sebagai agent of change (agen perubahan umat dan bangsa ke arah yang lebih baik). Kedua, sebagai social control (pengontrol kehidupan sosial agar sesuai dengan nilai-nilai agama dan negara). Ketiga, sebagai iron stock (penyedia sumber daya bagi masa depan umat dan bangsa).

Peranan sebagai agent of change meniscayakan maha-siswa untuk memperjuangkan perbaikan intelektual, budaya, politik, sosial, ekonomi, perta-hanan dan keamanan umat dan bangsa.

Peranan sebagai social control meniscayakan maha-siswa untuk menengahi hubu-ngan pemerintah dengan mas-yarakat, sehingga pemerintah dan masyarakat berhubungan harmonis serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan negara.

Peranan sebagai iron stock meniscayakan maha-siswa untuk menyiapkan spiri-tual, intelektual, keterampilan, dan jasmani yang mumpuni untuk memimpin dan berkon-tribusi di masa depan.

Pasti tiga peranan ini akan tertunaikan jika maha-siswa benar-benar belajar di perkuliahan dan di organisasi. Oleh karena itu sejak dini, mari kuliah dan berorganisasi secara sungguh-sungguh.

 

Mahasiswa dan Organisasi

Jika mahasiswa alias kaum terpelajar berorganisasi, pasti akan terbentuk kekuatan dahsyat yang bermanfaat, bu-kan semata-mata bagi maha-siswa, tetapi juga bagi persa-tuan dan kemajuan umat dan bangsa ini.

Oleh sebab itu, bukan saja wajib diasah secara berkelan-jutan, namun juga semangat, pemikiran, dan gerakan maha-siswa yang merdeka, visioner, terbuka, dan kritis harus di organisir dalam organisasi yang tepat.

Organisasi yang dimak-sud mestilah ramah dalam tiga hal ini. Kesatu, mewadahi minat keilmuan mahasiswa. Kedua, mewadahi penyaluran kebebasan berpikir maha-siswa. Ketiga, mendukung kegiatan akademik (perkuliah-an) mahasiswa.

Banyak bukti mengata-kan, berkat berorganisasi di dalam kampus (intra kampus) maupun berorganisasi di luar kampus (ekstra kampus), lahirlah orang-orang hebat.

Banyak para pemimpin di negeri ini bahkan di dunia yang lahir dari hasil didikan, binaan, dan tempaan dinamika organi-sasi kemahasiswaan.

Oleh karena itu, organi-sasi kemahasiswaan merupa-kan bagian penting, baik bagi masa depan bangsa maupun bagi tiap individu mahasiswa yang ingin menjadi para pemimpin di masa depan.

Secara umum, berikut ini manfaat yang diperoleh maha-siswa manakala ia aktif dalam organisasi yang tepat.

Kesatu, melatih leader-ship (kepemimpinan). Dalam hal ini, akan tampak perbe-daan mahasiswa yang tidak mengikuti dengan yang meng-ikuti organisasi mahasiswa (Pertiwi dkk., 2015).

Kedua, mengatur waktu. Dengan aktif di organisasi, kita akan sibuk, baik untuk belajar di perkuliahan maupun ber-organisasi. Namun, dengan kesibukan ini, kita terlatih mengatur waktu untuk urusan akademik dan organisasi.

Ketiga, memperluas net-working (jaringan sosial). Dengan aktif di organisasi, banyak orang baru yang akan dikenal dan dihubungi, sehing-ga menambah relasi yang tentunya akan bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial kita.

Keempat, mengasah ke-mampuan sosial. Di dalam organisasi kita akan berinter-aksi dengan berbagai tipe manusia. Hal ini membiasa-kan kita menghadapi keraga-man orang-orang di sekitar. Lain dari itu, aktif berorgani-sasi mengasah kepekaan sosial kita.

Kelima, melatih problem solving (menyelesaikan masa-lah, termasuk dalam memenej konflik). Sebab, organisasi penuh dinamika, masalah, bahkan konflik. Bukan hanya terjadi beda pendapat, tetapi acap kali menemui keter-batasan.

Alih-alih lari, mahasiswa yang aktif berorganisasi justru ditantang untuk menghadapi dan menyelesaikannya. Di masyarakat, sikap dan ke-mampuan inilah yang sangat diperlukan. Oleh sebab itu, masyarakat memuliakan orga-nisasi dan para aktivis mahasiswa.

 

Menentang Radikalisme

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shaff: 4).

Firman Allah SWT ini menegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa mencintai umat-Nya yang berjuang dalam menjalankan perintah-Nya sekaligus menjauhi larangan-Nya secara terorga-nisir (teratur dan jangka panjang). Dan tentu saja hal ini dapat diwujudkan melalui organisasi.

Namun, akhir-akhir ini, kenyataan dan citra mulia organisasi kemahasiswaan malah dicederai oleh feno-mena maraknya mahasiswa yang terjerumus ke dalam organisasi radikal dan menju-rus kepada aksi terorisme dan ekstrimisme.

Umpamanya, kesatu, bu-lan Mei 2018 silam, dua mahasiswi berusaha menikam polisi di Mako Brimob setelah terjadi kerusuhan di ruang tahanan.

Kedua, hasil survei BIN tahun 2017 menyimpulkan dua temuan penting. Kesatu, sebanyak 39% mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Tanah Air telah terpapar paham radikal.

Kedua, sebanyak 24% mahasiswa dan 23,3% pelajar menengah setuju jihad yang diartikan serampangan seba-gai tindak kekerasan untuk menegakan negara Islam atau khilafah.

Manakala ditelaah, maka pengaruh ideologi radikalisme itu berasal dari organisasi-organisasi radikal. Oleh sebab itu, mahasiswa baru yang belum cukup informasi perlu memilah dan memilih organi-sasi kemahasiswaan secara benar dan tepat.

Yakinlah, seluruh sila pada Pancasila tidaklah ber-tentangan, melainkan sesuai dengan Islam (Rachman, 2006).

 

HMI Organisasi Keislaman dan Keindonesiaan

Demi menyikapi marak-nya fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa yang disebarkan oleh organisasi radikal, maka organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan hanya jauh-jauh hari (sejak 1947) sampai kini berjuang untuk mengharmo-niskan hubungan Islam dengan Indonesia, tetapi juga kini hadir menentang orga-nisasi-organisasi radikal.

HMI telah memiliki tradisi spiritual dan intelek-tual yang kuat dan adaptif. Sejak berdiri tahun 1947, ketika sebagian umat Islam di negeri ini masih kesulitan mengharmoniskan hubungan Islam dengan Indonesia, HMI telah memelopori doktrin kesatuan utuh keislaman dan keindonesiaan.

Akibatnya, barisan kader ideal HMI bukan hanya memiliki semangat dan tradisi keislaman yang kuat, melain-kan juga memiliki semangat dan tradisi keindonesiaan yang kuat.

Semangat dan tradisi yang seimbang ini bukan hanya diperlukan para maha-siswa, tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa, dan negara ini.

Wabilkhusus sekarang ini, semangat dan tradisi HMI sangat dibutuhkan agar para mahasiswa terbebas dari taha-nan pemahaman radikal yang tidak saja merugikan dirinya, melainkan juga terutama membahayakan hidup masya-rakat, bangsa dan negara kita tercinta.

 

Sejarah dan Masa Depan HMI

Berdiri sejak 14 Rabiul Awwal 1366 Hijriyah yang bertepatan dengan 5 Februari 1947 alias di Zaman Revolusi atau 2 tahun pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, jelas HMI adalah organisasi ber-sejarah dan telah mengakar di Tanah Air.

HMI bukanlah organisasi ‘kemarin sore’. Namun orga-nisasi yang panjang umur, berpengalaman, punya rekam jejak dan terutama telah berkontribusi nyata bagi para kadernya dan bagi umat dan bangsa.

Buktinya, silahkan baca arsip-arsip dan buku-buku sejarah mahasiswa, Islam dan Indonesia semenjak tahun 1947 sampai kini. Telusuri pula, kenapa pada tahun 2017, negara menjadikan Lafran Pane (pendiri HMI) sebagai Pahlawan Nasional.

HMI tidak hanya cocok, melainkan juga digandrungi para mahasiswa yang ingin membangun karakter, jiwa kepemimpinan, spiritualitas, intelektualitas, skill berorganisasi, meluaskan jejaring sosial, dan turut berkontribusi mem-bangun bangsa dan negara.

Oleh sebab itu, HMI Koordinator Komisariat (Korkom) UPI mengajak Anda, seluruh mahasiswa baru UPI, untuk bergabung dan berproses menjadi insan akademis, pencipta, dan pengabdi serta turut berkontribusi melalui HMI. Yakinkan dengan iman. Usahakan dengan ilmu. Sampaikan dengan amal. Beriman, berilmu, dan beramal. Yakusa! Yakin Usaha Sampai!






Tim Penulis & Editor:     Mursyid Setiawan, Mi'raj Dodi K.
Desain & Tata Letak:      Widhi Gumilar P.








Tulisan ini berasal dari Buletin Insan Cita Edisi ke-001 HMI Korkom UPI pada masa jihad 2017-2018.
whyushack
whyushack Seorang Pemalas yang Menulis