MAHASISWA ISLAM DAN PERGERAKAN (Buletin Insan Cita Edisi 002)
Dalam sejarah perjuangan bangsa, mahasiswa merupakan
entitas yang memiliki kekuatan untuk memelopori perubahan yang terjadi di
Indonesia. Mulai dari runtuhnya rezim Orde Lama (1966), peristiwa Malari (1974),
sampai dengan tumbangnya rezim otoritarian Orde Baru (1998).
Peristiwa - peristiwa tersebut merupakan salah satu
dari sekian banyak peristiwa yang menjadi tonggak sejarah pergerakan mahasiswa.
Mahasiswa telah berhasil membuktikan perannya di tengah masyarakat dengan terus
meneriakkan semangat perlawanan dan sikap keberpihakannya pada kebenaran dan
keadilan.
Menurut Arbi Sanit (dalam Imam Cahyono, 2003) ada lima
sebab yang menjadikan mahasiswa peka dengan permasalahan kemasyarakatan
sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda.
Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka.
Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda.
Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian atas berbagai persoalan masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.
Berdasarkan hal - hal tersebut keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi kehidupan sosial maupun politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Adanya gerakan mahasiswa menjadi kekuatan tersendiri yang menjadi momok yang cukup menakutkan kehadirannya bagi negara sebagai pemegang kebijakan.
Gerakan
Mahasiswa Islam di Indonesia
Diantara kelompok-kelompok gerakan mahasiswa yang ada, yang memiliki pengaruh
signifikan adalah gerakan mahasiswa Islam. Di Indonesia, gerakan mahasiswa Islam
yang cukup menonjol dan masih diakui eksistensinya adalah HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah), dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Masing-masing dari organisasi tersebut memiliki
kesamaan karena melabeli dirinya dengan anasir Islam. Namun uniknya, setiap organisasi tersebut memiliki corak/platform perjuangan yang berbeda-beda. Berikut sekilas sejarah perjalanan
singkat dari setiap organisasi tersebut
sebagaimana dijelaskan oleh Imam Cahyono (2003).
a. HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam)
HMI lahir di tengah-tengah suasana revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, yaitu pada 5 Februari 1947 di kota Yogyakarta. Lafran Pane dan kawan-kawan merasa prihatin dengan kondisi umat Islam saat itu yang terpecah-pecah dalam berbagai aliran keagamaan dan politik serta jurang kemiskinan dan kebodohan.
Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah
strategis untuk mengambil peranan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudian
didirikanlah wadah perkumpulan mahasiswa Islam yang memiliki potensi besar bagi
terbinanya insan akademik, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah.
Dalam perjalanannya, HMI telah banyak melahirkan kader-kader pemimpin bangsa. Hampir di sepanjang pemerintahan Orde Baru, selalu ada mantan kader HMI yang duduk di kabinet. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran signifikan HMI dalam keikutsertannya menumbangkan Orde Lama serta menegakkan Orde Baru.
Selain itu, sebagai ormas mahasiswa Islam yang independen dan bergerak di jalur intelektual, tidak
jarang HMI melahirkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam kontemporer di
Indonesia. Beberapa kader HMI bahkan sering melontarkan wacana pemikiran Islam
yang mengundang kontroversi. Misalnya saja wacana sekulerisasi agama yang diungkapkan Nurcholish Madjid melalui
slogannya yang terkenal “Islam Yes, Partai Islam No!”.
b. PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di
Indonesia pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya mendirikan sebuah organisasi
sebagai wadah pergerakan angkatan mudanya dari kalangan mahasiswa yakni
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Pada perkembangannya di awal tahun
1970-an, PMII secara struktural menyatakan diri sebagai organisasi independen,
terlepas dari ormas apa pun, termasuk dari sang induknya,sendiri, yakni NU.
Pada masa pergerakan mahasiswa 1998, menjelang
peristiwa jatuhnya Soeharto, PMII bersama kaum muda NU lain, bergabung dengan elemen
gerakan mahasiswa untuk mendukung digelarnya people’s power dalam menumbangkan rezim Soeharto. Sikap ini telah
jauh mendahului sikap resmi kiai senior NU yang lebih konservatif yakni
senantiasa menjaga kedekatan dengan pusat kekuasaan untuk membela kepentingan
pesantren.
Di jalur intelektual, PMII banyak mengapresiasi dan mengembangkan
gagasan-gagasan baru, misalnya mengenai Hak Asasi Manusia, gender, demokrasi
dan lingkungan hidup.
c. IMM
(Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
Ketika situasi nasional mengarah pada demokrasi
terpimpin yang penuh gejolak politik di tahun 1960-an, dan perkembangan dunia
kemahasiswaan yang terkotak-kotak dalam bingkai politik dengan meninggalkan
arah pembinaan intelektual, beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti
Muhammad Djaman Alkirdi, Rosyad Soleh, Amien
Rais dan kawan-kawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
di Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 1964.
Meski berstatus sebagai organisasi otonom (ortom)
Muhammadiyah, sifat dan gerakan IMM nyatanya sama
dengan Muhammadiyah selaku induknya, yakni sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar. Ide dasar
gerakan IMM adalah; Pertama, Vision, yakni
membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui Intelectual Enlightement (Pencerahan Intelektual) dan Intelectual Enrichment (Pengkayaan
Intelektual). Strategi pendekatan yang digunakan IMM ialah melalui pemaksimalan
potensi kesadaran dan penyadaran individu yang memungkinkan terciptanya
komunitas ilmiah.
Kedua, Value,
ialah usaha untuk mempertajam hati nurani melalui penanaman nilai-nilai moral
agama sehingga terbangun pemikiran dan konsepsi yang mendapatkan pembenaran
dari Al Qur’an. Ketiga, Courage atau
keberanian dalam melakukan aktualisasi program, misalnya dalam melakukan
advokasi terhadap permasalahan masyarakat dan keberpihakan ikatan dalam pemberdayaan
umat.
d. KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
KAMMI terbentuk dalam rangkaian acara FS LDK (Forum
Sillaturahmi Lembaga Da’wah Kampus) Nasional X di Universitas Muhammadiyah
Malang tanggal 25-29 Maret 1998. Setidaknya ada dua alasan terbentuknya KAMMI. Pertama, sebagai ekspresi keprihatian
mendalam dan tanggung jawab moral atas krisis dan penderitaan rakyat yang
melanda Indonesia serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses
perubahan. Kedua, untuk membangun
kekuatan yang dapat berfungsi sebagai peace
power untuk melakukan tekanan moral kepada pemerintah.
Selanjutnya bersama elemen gerakan mahasiswa lainnya,
KAMMI melakukan tekanan terhadap pemerintahan Orde Baru melalui gerakan massa.
Dalam pandangan KAMMI, krisis yang terjadi saat itu menjadi tanggung jawab
pemimpin dan pemerintah Indonesia sebagai pengemban amanah rakyat. Karena itu,
untuk memulai proses perubahan, maka kekuasaan. Rezim Orde Baru dengan segala
macam kebobrokannya, harus diganti dengan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Setelah tidak kuat menahan desakan rakyat, akhirnya
Soeharto dengan terpaksa meletakkan jabatannya. Namun bagi KAMMI, proses
reformasi di Indonesia belumlah selesai, masih membutuhkan proses yang panjang.
Lewat Muktamar Nasional KAMMI yang pertama, 1-4 Oktober 1998, KAMMI memutuskan
diri berubah dari organ gerakan menjadi ormas mahasiswa Islam. Peran utamanya
adalah untuk menjadi pelopor, pemercepat dan perekat gerakan Pro-Reformasi.
HMI
sebagai Pelopor Gerakan Mahasiswa Islam
Di antara
organisasi mahasiswa Islam yang ada, HMI bisa dikatakan sebagai pelopor utama dalam
sejarah gerakan mahasiswa Islam. Ada beberapa alasan mengapa HMI bisa disebut
sebagai pelopor gerakan mahasiswa Islam diantaranya yaitu:
Pertama, HMI sejak berdirinya
pada 5 Februari 1947 atau dua tahun setelah kemerdekaan, merupakan organisasi mahasiswa
pertama dan tertua yang memakai label Islam. Sejarah HMI menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari sejarah Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Sejak
awal berdirinya HMI telah merumuskan
dua tujuan besarnya yakni mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
meninggikan derajat rakyat Indonesia, serta menegakan dan mengembangkan ajaran
Islam.
Alasan kedua
mengapa HMI bisa dikatakan sebagai pelopor yaitu bahwa kehadiran organisasi-organisasi
mahasiswa Islam lainnya tidak lepas dari keberadaan HMI. Sebagaimana yang Ibnu Arsib (2017) tulis dalam HMI
Induk Dari PMII, IMM dan KAMMI, Arsib mengatakan bahwa dalam sejarahnya, PMII, IMM dan KAMMI
semuanya lahir dari rahimnya HMI.
Keberadaan organisasi-organisasi mahasiswa Islam
tersebut tidak lepas dari orang-orang yang dulunya merupakan kader HMI.
Misalnya, Mahbub
Djunaidi (Ketua Umum pertama PMII), Amien Rais (pendiri IMM) dan Fahri Hamzah
(pendiri KAMMI). Orang-orang tersebut dulunya pernah digodok dan dibentuk dalam
kawah candradimuka HMI yang merupakan pelopor organisasi mahasiswa Islam di
Indonesia.
Kemudian,
alasan yang ketiga yaitu, HMI telah
melahirkan tokoh-tokoh nasional maupun daerah yang melahirkan
pemikiran-pemikiran keislaman dan keindonesiaan yang bermanfaat bagi negara
Indonesia. HMI telah melahirkan banyak kader umat dan kader bangsa yang
memiliki kontribusi langsung bagi Republik Indonesia. Dengan kontribusi yang
besar pada negara Indonesia, pada tahun 2017 negara memberikan penghargaan
kepada pendiri HMI sebagai Pahlawan Nasional.
Itulah beberapa alasan mengapa HMI bisa dikatakan
sebagai pelopor gerakan mahasiswa Islam di Indonesia. HMI bukanlah organisasi
kemarin sore melainkan organisasi yang memiliki sejarah panjang dan rekam jejak
yang nyata bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena itu HMI Kordinator Komisariat (Korkom) UPI
mengajak Anda, untuk mengingat kembali sejarah pergerakan organisasi mahasiswa
Islam di Indonesia.
Yakinkan dengan iman. Usahakan dengan ilmu. Sampaikan dengan amal. Beriman, berilmu, dan beramal. Yakusa! Yakin Usaha Sampai!